Edit page title Pengertian Stres Dalam Psikologi: Gejala Dan Dampaknya
Edit meta description Memahami konsep stres dalam psikologi dan pengaruhnya terhadap kehidupan kita sehari-hari. Belajarlah untuk berhasil mengendalikan tingkat stres melalui gejala yang jelas.

Close edit interface

Stres Dalam Psikologi: Pengertian, Gejala, Dampak, Dan Penatalaksanaannya

Kerja

Thorin Tran 05 Februari, 2024 7 min merah

Ada banyak hal yang perlu ditekankan di dunia yang serba cepat saat ini. Mulai dari tekanan pekerjaan dan konektivitas digital yang terus-menerus hingga pengelolaan hubungan pribadi dan ekspektasi masyarakat, sumber stres tampaknya semakin meningkat.

Stres telah menjadi pengalaman yang ada di mana-mana, sering didiskusikan namun jarang dipahami sepenuhnya. Jadi apa yang dimaksud dengan stres dalam psikologi? Apa saja gejalanya dan bagaimana cara efektif mengatasinya?

Daftar Isi

Apa itu Stres dalam Psikologi?

Dalam psikologi, stres diartikan sebagai respon tubuh terhadap setiap tuntutan atau tantangan yang mengganggu keseimbangan atau keadaan keseimbangan normal seseorang. Pada dasarnya ini adalah cara otak dan tubuh merespons permintaan apa pun, tidak hanya peristiwa negatif seperti trauma atau tragedi, namun juga perubahan positif seperti promosi atau hubungan baru.

Stres melibatkan interaksi kompleks antara pikiran dan tubuh. Saat dihadapkan pada situasi yang menantang, tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Respons ini meningkatkan detak jantung, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan pasokan energi. Meskipun hal ini bermanfaat dalam jangka pendek, membantu menangani keadaan yang berpotensi mengancam, stres kronis dapat menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan.

Mengatasi stres berarti menemukan cara untuk hidup berdampingan, bukan menghilangkannya sepenuhnya.

Stres dalam psikologi biasanya dikategorikan menjadi dua jenis:

  • Eustres: 'Stres positif', jenis stres yang memotivasi dan memfokuskan energi, seperti kegembiraan sebelum acara besar atau tekanan yang mengarah pada produktivitas.
  • Kesulitan: 'Stres negatif', jenis stres kronis dan tak henti-hentinya yang terasa membebani dan tidak terkendali, menyebabkan kelelahan, masalah kesehatan, dan penurunan kinerja.

Secara psikologis, stres juga terkait dengan persepsi. Cara seseorang memandang suatu situasi sangat mempengaruhi apakah situasi tersebut akan dialami sebagai suatu stres. Oleh karena itu, intervensi psikologis sering kali berfokus pada perubahan persepsi dan respons terhadap situasi yang berpotensi menimbulkan stres, serta mendorong perilaku relaksasi dan pengurangan stres.

Dampak Stres

Stres itu rumit. Bila sudah menjadi kronis, dampaknya bisa sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Berikut adalah beberapa area utama di mana stres dapat mempunyai dampak yang paling signifikan:

  • Kesehatan Fisik: Peningkatan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes. Stres juga dapat menyebabkan sakit kepala, ketegangan atau nyeri otot, kelelahan, dan sakit perut. Seiring waktu, hal ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
  • Kesehatan Mental: Stres yang berkepanjangan merupakan kontributor utama masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
  • Fungsi Kognitifg: Stres dapat menyebabkan masalah pada ingatan, konsentrasi, dan pengambilan keputusan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan efektivitas di tempat kerja atau sekolah dan dapat mengganggu kemampuan penilaian dan pengambilan keputusan.
  • Kesejahteraan Emosional: Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan gejala emosional seperti mudah tersinggung, frustrasi, kemurungan, dan perasaan kewalahan. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan emosional atau mati rasa.
  • Perubahan Perilaku: Stres secara psikologi dapat menyebabkan perubahan perilaku, seperti peningkatan penggunaan alkohol, obat-obatan, atau tembakau, perubahan pola tidur, dan gangguan makan (baik makan berlebihan atau kurang makan). Hal ini juga dapat mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan dan berkurangnya keterlibatan dalam aktivitas yang sebelumnya menyenangkan.
  • Hubungan: Stres dapat membebani hubungan pribadi dan profesional. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan konflik, penurunan kualitas komunikasi, dan kesulitan dalam menjaga hubungan yang sehat dan suportif.
  • Prestasi kerja: Di tempat kerja, stres dapat mengurangi kemampuan untuk fokus dan rasa keterlibatan, sehingga menurunkan produktivitas.
  • Implikasi Jangka Panjang: Dalam jangka panjang, stres kronis dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius seperti stroke, obesitas, dan penyakit mental, serta dapat memengaruhi harapan hidup secara signifikan.

Gejala untuk Mengidentifikasi Stres Sejak Dini

Stres bermanifestasi secara berbeda dalam skenario yang berbeda. Gejalanya sama beragamnya dengan penyebabnya. Namun, ada beberapa tanda atau gejala utama yang harus diwaspadai:

Gejala Fisik

Gejala fisik stres merupakan respons tubuh terhadap ancaman atau tuntutan yang dirasakan dan dapat sangat bervariasi antar individu. Yang umum meliputi:

  • Sakit kepala: Sering sakit kepala tegang atau migrain.
  • Ketegangan atau Nyeri Otot: Terutama di bagian leher, bahu, atau punggung.
  • Kelelahan: Merasa lelah dan terkuras hampir sepanjang waktu.
  • Gangguan Tidur: Kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur, atau terlalu banyak tidur.
  • Masalah perut: Sakit perut, mual, atau perubahan nafsu makan.
  • Sering Sakit: Sistem kekebalan melemah yang menyebabkan seringnya masuk angin atau infeksi.

Gejala Emosional

Gejala psikologis yang jelas dari stres meliputi:

  • Kemurungan atau Iritabilitas: Perubahan suasana hati yang cepat atau mudah marah.
  • Merasa kewalahan: Perasaan bahwa Anda tidak mampu menangani tuntutan hidup Anda.
  • Kecemasan atau Gugup: Kekhawatiran dan kegelisahan yang terus-menerus.
  • Depresi atau Ketidakbahagiaan Umum: Merasa down, kehilangan minat dalam hidup.

Gejala Kognitif

Stres kronis dalam psikologi juga menyebabkan berbagai gangguan kognitif. Gejalanya meliputi:

  • Kesulitan Berkonsentrasi: Berjuang untuk fokus dan tetap mengerjakan tugas.
  • Masalah Memori: Melupakan tugas atau janji.
  • Konstan mengkhawatirkan: Ketidakmampuan untuk berhenti mengkhawatirkan berbagai hal.
  • Outlook negatif: Pemikiran pesimistis tentang kehidupan dan masa depan.

Gejala Perilaku

Mengatasi stres dapat menyebabkan berbagai perubahan perilaku seseorang. Tanda-tanda stres dapat dikenali pada:

  • Perubahan Nafsu Makan: Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
  • Penundaan dan Menghindari Tanggung Jawab: Menunda tugas atau tanggung jawab.
  • Peningkatan Penggunaan Stimulan: Mengandalkan zat untuk bersantai.
  • Perilaku Gugup: Menggigit kuku, gelisah, atau mondar-mandir.

Gejala di Tempat Kerja

Stres yang berhubungan dengan pekerjaan semakin umum terjadi di masyarakat kita. Tanda-tanda penting dari hal ini adalah:

  • Produktivitas Menurun: Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti biasa.
  • Pelepasan: Kurangnya minat atau keterpisahan dari pekerjaan.
  • Konflik dengan Rekan Kerja: Meningkatnya konflik atau pertengkaran di tempat kerja.
  • Ketidakhadiran: Mengambil lebih banyak hari libur kerja karena masalah yang berhubungan dengan stres.

Bagaimana Mengelola Stres Secara Efektif?

Mengelola tingkat stres memerlukan pendekatan yang lebih pribadi. karena efektivitas teknik menghilangkan stres dapat sangat bervariasi dari orang ke orang. Apa yang terbukti ampuh menghilangkan stres bagi seseorang mungkin hanya berdampak kecil pada orang lain. Selain itu, berbagai penyebab stres memerlukan metode penyelesaian yang tepat.

orang berbicara stres dalam psikologi
Anda mungkin terkejut melihat betapa percakapan sederhana di tempat kerja dapat membantu mencegah berkembangnya stres.

Inilah cara Anda menyesuaikan strategi manajemen stres agar sesuai dengan kebutuhan unik Anda:

  • Pahami Pemicu Stres Anda: Perhatikan baik-baik situasi, orang, atau tugas yang meningkatkan tingkat stres Anda. Pemahaman ini akan membantu Anda menyesuaikan strategi untuk mengatasi pemicu spesifik ini. Jika Anda merasa kesulitan mengelola stres sendiri, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari ahli kesehatan mental. Sesi terapi seringkali terbukti efektif.
  • Bereksperimenlah dengan Teknik Berbeda: Cobalah berbagai metode menghilangkan stresuntuk melihat mana yang sesuai dengan Anda. Mulai dari aktivitas fisik seperti berlari atau berenang hingga latihan mental seperti meditasi atau menulis jurnal. Setelah bereksperimen dengan berbagai teknik, luangkan waktu untuk memikirkan teknik mana yang menurut Anda paling efektif. Perhatikan bagaimana setiap metode memengaruhi suasana hati, tingkat energi, dan kesejahteraan Anda secara keseluruhan.
  • Gabungkan Teknik ke dalam Rutinitas Anda: Setelah Anda mengidentifikasi metode yang paling cocok untuk Anda, integrasikan metode tersebut ke dalam rutinitas harian atau mingguan Anda. Konsistensi adalah kunci untuk mengelola stres secara efektif.
  • Sesuaikan Sesuai Kebutuhan: Bersiaplah untuk menyesuaikan teknik manajemen stres Anda seiring waktu. Saat hidup Anda berubah, penyebab stres Anda dan cara Anda perlu menanganinya juga mungkin berubah.
  • Keseimbangan itu Penting: Rencana manajemen stres Anda seharusnya tidak terasa membebani atau memberatkan. Dalam jangka panjang, upayakan keseimbangan yang memasukkan penghilangan stres ke dalam gaya hidup Anda tanpa menambah stres Anda.

Membungkusnya!

Stres telah menjadi pandemi kesehatanabad ke-21, karena dampaknya yang luas terhadap berbagai aspek kehidupan dan kesejahteraan. Tingkat stres yang tinggi secara kronis dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan fisik, seperti penyakit jantung, hipertensi, dan melemahnya fungsi kekebalan tubuh. Kesehatan mental juga terkena dampaknya, dengan stres menjadi penyebab utama kondisi seperti kecemasan dan depresi.

Memahami stres dalam psikologi dan penyebabnya adalah langkah awal untuk mengelolanya secara proaktif. Mengatasi 'pandemi stres' bukan hanya tanggung jawab individu; hal ini membutuhkan upaya kolektif. Hal ini termasuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, mendorong percakapan terbuka tentang kesehatan mental, dan menerapkan kebijakan yang mendorong keseimbangan kehidupan kerja.